Candi Manggala Banyuwangi, Miniatur Borobudur Yang Menjadi Simbol Harmoni Dan Spiritualitas

info candi manggala Banyuwangi


Di tengah suasana asri Banyuwangi, tepatnya di Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, kini berdiri Candi Manggala – sebuah candi yang menjadi ikon spiritual bagi umat Buddha. 

Kehadirannya menciptakan semacam miniatur Borobudur di era modern, yang tak hanya mengundang umat Buddha untuk beribadah, tetapi juga warga dari berbagai kalangan untuk menyaksikan keindahan dan kedamaian yang dihadirkan candi ini.

Candi Manggala di Banyuwangi dikenal sebagai “miniatur Borobudur” modern. Artikel ini mengulas sejarah, arsitektur, makna, fungsi ritual, hingga perannya sebagai simbol harmoni lintas agama di Desa Yosomulyo.

Selain dikenal sebagai desa penari dengan sebutan sebagai "desa penari", Yosomulyo yang terletak di sisi selatan Banyuwangi juga menyimpan potensi wisata religi.



Candi Manggala : Borobudur” Kecil di Tanah Osing


Bagi umat Buddha Banyuwangi, jarak menuju Magelang untuk melihat kemegahan Candi Borobudur kini tak lagi menjadi kendala besar. 

Di Dusun Sidorejo, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, berdiri sebuah bangunan megah bernama Candi Manggala—candi modern berbahan batu yang bentuk dan suasananya mengingatkan pada Borobudur.


Meski tidak sebesar situs warisan dunia itu, Candi Manggala hadir sebagai pusat ibadah, ruang edukasi spiritual, sekaligus simbol keberagaman di desa yang dijuluki sebagai “miniatur Indonesia” karena keberagaman pemeluk agamanya.


Sejarah Berdirinya Candi Manggala: Dari Julukan “Kampung Candi” yang Tanpa Candi


Julukan “Kampung Candi” telah melekat pada Dusun Sidorejo sejak lama. Namun sebutan itu bukan berasal dari bangunan candi, melainkan dari nama leluhur desa, Mbah Candi, tokoh yang dulu membuka kawasan tersebut hingga dapat dihuni masyarakat.

Anehnya, meski sudah disebut sebagai Kampung Candi selama puluhan tahun, tidak ada satu pun candi di wilayah itu. Inilah yang kemudian menjadi pemantik pembangunan Candi Manggala.



Pada awal tahun 2022, Bhikkhu Teja Punno—pemangku agama Buddha yang membawahi umat di wilayah Besuki (Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso)—menginisiasi pembangunan sebuah candi di belakang Wihara Dhamma Harja. 

Gagasan ini sekaligus merealisasikan julukan Kampung Candi dan memberikan pusat ibadah representatif bagi umat Buddha Banyuwangi.

Pembangunan dilakukan di atas lahan sekitar 1 hektare, memanfaatkan lokasi strategis yang mudah dijangkau umat dan warga lokal.



Arsitektur & Keunikan Candi Manggala: Perpaduan Seni Lintas Daerah dan Tradisi Asia

Empat naga penjaga Candi Manggala, (kiri-ke-kanan): gaya Thailand, Tiongkok, Bali, dan Jawa.


Berikut sejumlah fakta menarik tentang pembangunan Candi Manggala yang merupakan satu-satunya candi Buddha di Banyuwangi : 

1. Dibangun oleh Seniman Batu dari Muntilan & Trowulan

Pembangunan Candi Manggala melibatkan tenaga ahli dari dua pusat seni batu terbesar di Indonesia, yaitu :

* Muntilan, Magelang: terkenal sebagai pusat pahat patung Buddha.

* Trowulan, Mojokerto: wilayah bekas Kerajaan Majapahit yang kaya tradisi ukir batu.

Bahan bangunan utama dan ukiran patung juga didatangkan dari kedua daerah tersebut serta dari perajin Bali.

patung Buddha wafat di Candi Manggala Banyuwangi
Patung Buddha wafat di Candi Manggala


2. Ukuran Bangunan

* Bangunan inti candi: 5 × 5 meter

* Tinggi: sekitar 7 meter

* Total luas dengan pagar dan halaman: ± 15 meter persegi (bangunan), lahan keseluruhan ± 1 hektare

Ukuran ini memang tidak raksasa, tetapi menampilkan detail seni yang sangat teliti dan bernilai estetika tinggi.

3. Relief Kisah Perjalanan Siddhartha Gautama

Di bagian bawah candi terukir relief perjalanan hidup Siddhartha Gautama, mulai dari:

* kelahirannya,

* masa pencarian kebenaran,

* proses pencerahan,

* hingga wafatnya.

Relief ini sekaligus menjadi media pembelajaran bagi pengunjung maupun umat.



4. Patung Buddha dalam Berbagai Fase Meditasi

Ada empat patung Buddha yang dipasang di sekitar dan dalam candi, yaitu :

* Tiga patung besar (tinggi ± 2 meter) menggambarkan fase meditasi berbeda.

* Satu patung kecil (tinggi ± 1 meter) ditempatkan di inti candi.

Semua patung diukir oleh seniman batu profesional dan beberapa juga melibatkan pemahat Bali.



5. Patung Naga di Empat Penjuru Mata Angin

Salah satu ikon paling unik adalah empat patung naga yang berbeda gaya pada tiap pintu masuk. 

Di bagian selatan ada patung naga berkepala tujuh versi Thailand, di sisi timur dipagari patung naga bergaya Tiongkok, sisi barat terdapat patung bergaya Bali, sementara di sisi utara dihuni patung naga bergaya Jawa.

Keberagaman gaya ini menggambarkan bagaimana tradisi Buddha di berbagai negara menafsirkan kisah naga yang melindungi Siddhartha dari hujan deras saat bermeditasi.



Candi Manggala sebagai Pusat Ritual Agama Buddha di Banyuwangi


Meskipun pembangunannya belum sepenuhnya rampung, Candi Manggala telah menjadi lokasi utama berbagai upacara keagamaan, seperti: Waisik, Asadha, Katina dan Magapuja.

Pada Agustus 2024, candi ini bahkan menampung 1.500 umat Buddha dalam perayaan Asadha—angka yang membuktikan kapasitas dan signifikansinya.

Banyak umat dari Banyuwangi, Situbondo, hingga Bondowoso datang ke sini, menjadikannya pusat ibadah terbesar untuk komunitas Buddha wilayah Besuki.


Ruang Terbuka untuk Semua: Simbol Toleransi di Desa Moderasi



Desa Yosomulyo dikenal sebagai Desa Moderasi, tempat umat Muslim, Kristen, Hindu, dan Buddha hidup berdampingan. Candi Manggala menjadi simbol kerukunan itu.

Hal ini tercermin jelas dari sikap keterbukaan pengurus candi terhadap pengunjung candi, dimana pengunjung non-Buddha diperbolehkan masuk.

Sebagian besar pengunjung banyak yang datang sekadar berfoto, bahkan melakukan foto pra-nikah di lokasi candi. 

Selain itu, warga muda juga sering memakai pelataran candi untuk kegiatan komunitas. Selama menjaga kebersihan dan ketertiban, siapa pun disambut di kawasan candi.

Posting Komentar untuk "Candi Manggala Banyuwangi, Miniatur Borobudur Yang Menjadi Simbol Harmoni Dan Spiritualitas"

loading...